Minggu, 15 Desember 2013

HAMPATONG / STATUE

HAMPATONG /  STATUE
Kayu Wood
Daerah Kalimantan Barat / West Kalimantan
No. INV 6020
Pengertian nya adalah Patung ini Biasanya di gunakan oleh para dukun atau Balian sebagai media untuk mengobati  atau bias di sebut sebagai memindahkan penyakit yang diderita seseorang maupun wabah yang melanda masyarakat.
Alasan saya memilih  Patung Hampatong  / STATUE..????
“Karena saya sangat terkesan oleh orang – orang dulu di jaman dulu aja lum ada yg namanya dokter tapi mengobati sebuah penyakit atau wabah yang melanda masyarakat. Meraka mengunakan sebuah patung  (HAMPATONG)untuk wadah penyakit – penyakit atau wabah yang melanda masyarakat dulu.
Kenapa saya terkeasan…?? ya begituh dah, “jaman sekarang aja teknologi sudah canggih / maju dan alat – alat kedokteran dah bagus tapi masih banyak penyakit – penyakit yang belum bisa di sembuhkan sedangkan orang dulu merekan mengunakan sebuah patung untuk menjadi wadah / memindahkan penyakitnya ke patung




Dan menurut saya patung di atas ini (HAMPATONG) sangat unik seperti patung yg sedang menggendong sesuatu ibarat seperti, sebuah patung yang sedang menggendong penyakit – penyakit seseorang yg di pindahkan ke patung di atas tersebut.
Mohon maff kalau ada kata – kata yang salah. Mohon di maff kan. DAMAI…..!!

Jumat, 22 November 2013

Kedatangan Kak Ulie

Hari ini kedatangan kak ulie, ia membuat bisnis boneka wisuda. kak ulie membuka bisnis boneka sejak tahun 2010, dan sampai sekarang ini, dan setelah itu ia menerangkan tentang pembuatan boneka wisuda dan membuat boneka wisuda itu waktunya sangat cepat hanya 5 menit yang dibutuhkan kak ulie selain kak ulie membuat boneka wisuda dia juga bisa membuat boneka pernikahan dan sesuai pesanan.

yang di pesan konsumen dan lain-lain dia pertama menjual boneka  itu seharaga Rp.15.000 sampai 25.000, dan setelah banyak yang memesan dan semakin laku ia menjualnya dan penjualan kak ulie semakin meningkat sampai dari Rp.150.000 sampai Rp.300.000… boneka itu sangat unik di lihat. alasan kak ulie membuka boneka itu.
adalah kak ulie, berfikir setiap wisuda kok selalu memberikan bungga dan ngakk mungkin juga seorang wisuda laki-laki itu di beri hadiah bungga menurut dia itu kurang serasi dan kurang cocok buat seorang laki-laki di berikan bungga


makah kak ulie  mempunyai keinginan untuk membuka boneka wisuda dan jika ada yang memesan boneka itu  ia akan mengantarnya dan biaya untuk mengantar ke tempat konsumen itu gratis di mana tempat si pembeli itu kak ulie tetap mengantarnya secara gratis.

Kamis, 21 November 2013

Pangeran Jayakarta tugas IPS

pangeran jayakarta


ASAL-usul Pangeran Jayakarta, atau Jayakerta, masih samar. Dalam situs internet Pemerintah Jakarta Timur disebutkan, Pangeran Jayakarta adalah nama lain dari Pangeran Akhmad Jakerta, putra Pangeran Sungerasa Jayawikarta dari Kesultanan Banten.

Namun, menurut sebuah sumber sejarah lain, Pangeran Jayakarta adalah putra Ratu Bagus Angke, juga bangsawan asal Banten. Ratu Bagus Angke alias Pangeran Hasanuddin adalah menantu Fatahillah atau Falatehan yang konon menantu Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, peletak dasar Kesultanan Cirebon dan Banten.
Pangeran Jayakarta mewarisi kekuasaan atas Jayakerta dari Ratu Bagus Angke, yang sebelumnya memperoleh kekuasaan itu dari Fatahillah, yang memutuskan pulang ke Banten (Banten Lama sekarang) setelah berhasil merebut pelabuhan itu dari Kerajaan Pajajaran pada pertengahan Februari 1527. Waktu itu, ia juga berhasil menghalau pasukan Portugis yang juga berambisi menguasai bandar samudra nan ramai itu.
Jayakerta atau Jayakarta adalah nama yang diberikan Fatahillah bagi pelabuhan yang sebelumnya bernama Sunda Kelapa. Nama baru disahkan pada 22 Juni 1527, tanggal yang hingga kini dianggap sebagai hari jadi Kota Jakarta.
Sejarah mencacat, di bawah kepemimpinan Pangeran Jayakarta kota bandar itu maju pesat, terutama di bidang perdagangan hasil bumi. Hal itu membuat Belanda, lewat perusahaan dagang Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), ingin berusaha di sana. VOC sebelumnya sudah malang-melintang dan menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku.
Pada November 1610, Belanda berhasil mendapat hak atas tanah seluas 94 meter persegi di sisi timur muara Kali Ciliwung. Sebagai imbalan, kepada Pangeran Jayakarta Belanda membayar sebesar 2.700 florin atau 1.200 real. Namun, di pelabuhan yang ketika itu juga disebut Jakerta, Belanda mempraktikkan sistem dagang monopoli yang licik, yang merugikan Pangeran Jayakarta. Perselisihan pun pecah dan merebak antara tahun 1610-1619.
Dalam konflik itu, Pangeran Jayakarta dibantu pasukan kiriman Sultan Banten yang juga merasa dicurangi serta pasukan Inggris, yang waktu itu juga sudah punya markas di sisi barat muara Ciliwung. Tak tahan dikeroyok, Gubernur Jenderal Belanda Jan Pieterszoon Coen kabur ke Ambon, meminta tambahan pasukan.
Saat Coen masih di Maluku dan pasukan kompeni (VOC) sudah terpojok, muncul konflik baru antara Banten dan Inggris, yang berakhir dengan terusirnya Inggris dari Jayakarta. Akan tetapi, pada saat sama, Coen tiba-tiba muncul lagi dengan membawa pasukan yang masih segar dari Ambon.
Mengusung semboyan “despereet niet” (jangan putus asa) Coen langsung memorakporandakan pasukan koalisi Banten-Jayakarta yang sudah loyo gara-gara pertempuran dengan Inggris. Bala tentara Banten melarikan diri ke arah barat dan selatan, sementara Pangeran Jayakarta dan para pengikutnya mundur ke arah tenggara. Setelah menguasai Jakerta pada 12 Maret 1619, Coen mengganti nama kota pelabuhan itu menjadi Batavia.
Mengecoh dengan jubah
Meski terusir dari Jakerta, Pangeran Jayakarta belum menyerah. Ajakan Belanda untuk berdamai selalu ia tolak. Pangeran Jayakarta bahkan terus melancarkan perlawanan. Dalam sebuah pertempuran yang terjadi di daerah Mangga Dua, ia kehilangan Syekh Badar Alwi Alidrus, panglima perangnya yang tertangkap dan dikuliti anak buah JP Coen.
Dalam pertempuran pada sekitar Mei 1619 itu, pasukan Pangeran Jayakarta dikabarkan terdesak. Mereka dikepung pasukan Belanda dari arah Senen, Pelabuhan Sunda Kelapa, dan Tanjung Priok. Menurut cerita Raden Jayanegara, juga keturunan Pangeran Jayakarta, menyebut, saat jadi buronan Belanda, kakek moyangnya itu berhasil mengelabui tentara kompeni dengan melepas jubah dan sorbannya, yang lantas dibuang ke dalam sebuah sumur di Mangga Dua. Belanda menyangka Pangeran Jayakarta tewas setelah menembaki jubah dan sorban di sumur itu, yang kini berada di Jalan Pangeran Jayakarta dan dikenal sebagai keramat Pangeran Jayakarta. 








http://galengsong-kisah.blogspot.com/2012/01/pangeran-jayakarta.html